Labels

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 08 Mei 2012

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Paprika Dan Pengendaliannya


BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Prinsip-Prinsip PHT
Penerapan dan pengembangan PHT dilandasi oleh 4 prinsip dasar yaitu :
a.       Budidaya Tanaman Sehat
Budidaya tanaman sehat menjadi bagian penting dalam program pengen dalian OPT. teknik budidaya tanaman yang diterapkan mampu menciptakan pertumbuhan optimal, sehingga mampu bertahan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan OPT. tujuan akhir yang ingin dicapai adalah produksi yang maksimal, aman dari gangguan OPT, dan residu pestisida minimal.
b.      Pelestarian Dan Pemanfaatan Musuh Alami
Musuh alami merupakan factor pengendali OPT yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara maksimal dalam pengendalian populasi OPT. Disamping itu, dengan adanya musuh alami  yang mengendalikan OPT, diharapkan didalam agroekosistem terjadi keseimbangan antara populasi OPT dengan musuh alaminya, sehingga populasi OPT tidak menimbulkan kerugian.
c.       Pengamatan Rutin atau Pemantauan Ekosistem Secara Berkala
d.      Petani Sebagai Ahli PHT
Penerapan PHT harus sesuai dengan keadaan setempat. Petani sebagai pengambil keputusan dilahan usahataninya hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis agroekosistem, serta mampu mengambil keputusan pengendalian OPT secara tepat sesuai prinsip PHT.



1.2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Paprika Dan Pengendaliannya
A.    HAMA
1.      Trips (Thrips parvispinus Karny)
Ordo : Thisanoptera; Famili : Thripidae
v  Morfologi / bioekologi
            Imago (serangga dewasa) sangat kecil dengan panjang ± 1mm, bewarna coklat kehitaman, mempunayai 2 pasang sayap yang halus dan berjumbai dengan silia yang panjang seperti bersisir dua. Daur hidup T. parvispinus sekitar 20 hari (tergantung dari suhu lingkungan).
            Imago betina meletakkan telur secara tunggal didalam jaringan tanaman, seperti daun, kotiledon, kelopak bunga dan mahkota bunga. Telur berbentuk oval, berukuran panjang ±  0,25 mm, berwarna putih, dan mempunyai pigmen mata berwarna merah. Telur menetas menjadi nimfa setelah 3-8 hari.
            Nimfa yang masih muda berwarna kuning pucat dan berukuran panjang 0,25-0,5 mm. nimfa terdiri dari dua instar, aktif dan tidak bersayap.
v  Gejala serangan
            Trips menyerang tunas/pucuk, daun , bunga, dan buah muda. Serangan trips mengakibatkan bagian bawah daun bewarna keperakan, kemudian berubah menjadi kecoklatan. Serangan berat dengan mengakibatkan tunas/pucukdan daun berkerut/keriput, mengeriting, dan melengkung keatas. Serangan pada bunga menyebabkan bunga gugur, serangan pada buah menyebabkan adanya bercak-bercak/garis-garis berwarna coklat.
v  Tanaman inang
Hama in I bersifat polifag, dengan tanaman inang utamanya adalah cabai (termasuk paprika), selain itu juga menyerang tembakau, kopi, kapas, ubi jakar, crotalaria, kacang-kacangan dan juga papaya.


v  Pengendalian
1)      Kultur teknis
-          Pemasangan plastik mulsa perak pada guludan dan lantai rumah plastik/kasa
-          Sterilisasi rumah plastik/kasa dengan menyemprot dinding kasa, tanah dan mulsa dengan larutan pestisida atau formalin 3%.
-          Sanitasi, dengan memusnahkan bagian tanaman yang terserang dan gulma yang menjadi inang disekitar tempat, agar tidak menjadi sumber infeksi.
2)      Mekanis
-          Mengambil trisp dengan menggunakan kapas atau kotton bud
-          Memasang perangkap lekat warna biru, putih atau kuning sebanyak 1 lembar per 2 m diatas kanopi tanaman.
3)      Biologi
-          Pemanfaatan musuh alami yang potensial, antara lain predator Coccinella sp., Amblyseius sp.,  Orius sp., dan lain sebagainya.
4)      Kimia
-          Digunakan apabila pengendalian tidak efektif
-          Apabila hama telah berada diatas ambang pengendalian
-          Menggunakan pestisida yang telah dianjurkan pemerintah dan dengan dosis minimal, contohnya : Abuki 50 Sl, Agrimec 18 Ec.

2.      Ulat Grayak (Spodoptera litura F)
Ordo : Lepidoptera ; Famili : Noctuidae
v  Morfologi / bioekologi
            Imago (ngengat) betina berbeda dengan ngengat  jantan. Ngengat betinan berwarna coklat tua, sedangkan ngengat jantan berwarna coklat muda dan mempunyai bercak hitam pada sayap belakang. Ngengat dapat terbang sejauh 5 km pada malam hari.
            Ngengat betina meletakkan telur secara berkelompok dan berlapis pada malam hari, dibawah permukaan daun. Seekor ngegat betina dapat meletakkan telur 2000-3000 butir selama 2-6 hari. Tiap kelompok berisi telur 25-500 butir. Telur menetas menjadi larva (ulat) setelah 3-5 hari.
            Larva yang baru menetas berwarna hijau muda, transparan dan hidup masih berkelompok, beberapa hari kemudian mulai menyebar dengan mengguakan benang sutra dari mulutnya untuk mencari makanan. Larva instar lanjut (instar 3-5) mempunyai warna berfariasi dan cirri khas sudah jelas yaitu garis menyerupai kalung berwarna hitam yang melingkar pada segmen, abdomen ketiga dan bercak hitam seperti bulan sabit pada segmen abdomen keempat dan sepuluh, sedangkan pada bagian lateral dan dorsal terdapat garis berwarna kuning. Larva menyerang tanaman pada malam hari.
v  Gejala serangan
Larva memakan daun dan menyisakan lapisan epidermis, sehingga daun menjadi transparan. Larva instar lanjut memakan seluruh daun dan menyisakan tulang daun. Serangan berat dapat membuat tanaman menjadi gundul. Serangan umumnya terjadi pada musim kemarau.
v  Tanaman inang
Ulat grayak bersifat polifag, menyerang semua jenias tanaman. Tanaman inang selain paprika, antara lain : tembakau, kedelai, kacang tanah, kentang, dan lain sebagainnya.
v  Pengendalian
1)      Kultur teknis
-          Sanitasi, dengan memusnahkan gulma yang menjadi inang disekitas luar rumah plastic/ kasa, agar tidak menjadi sumber infeksi.
2)      Mekanisasi
-          Mengeumpulkan telur, larva dan pupa dan dimusnahkan.
-          Memasang lampu perangkap untuk ngengat jantan sebanyak 40 buah per hektar atau 2 per 500 m2 .dimulai sejak tanaman berumur 2 minggu.
v   Biologi
-          Pemanfaatan musuh alami, antara lain : Bacillus thungiriens, Andrallus spinideus,                                   Peribeaesp.

v  Kimia
-          Apabil cara-cara diatas tidak mampu mengendalikan hama
-          Kerusakan daun telah mencapai 12,5% pertanaman.
-          Menggunakan pestisida yang telah dianjurkan Negara contohnya : Akron 500 ec, Alfatox 50 ec dll.

3.      Kutu Daun Persik (Myzus persicae Suiz)
Ordo : Homoptera ; Famili : Aphididae
v  Morfologi / bioekologi
            Myzuz persicae sering disebut kutu daun tembakau. Imago dan nimfa kutu daun persik ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Yang bersayap maupun yang tidak bersayap memiliki antena yang panjangnya relative sama panjang dengan tubuhnya. Imago dan nimfa tidak bersayap panjang tubuh berkisar antara 1,8-2,3 mm, berwarna merah, kuning, hijau tau kuning kehijauan. Imago dan nimfa yang bersayap mempunyai panjang tubuh berkisar antara 2-2,5 mm dan mempunyai sepasang tonjolan pada ujung perut (kornikel), perut warna hijau kekuningan, kepala dan dada berwarna coklat sampai hitam.hama kutu daun persik berkembagn biak secara partogenesis (tidak melalui perkawinan) dan seekor betina dapat menghasilkan keturunan sebanyak 50 ekor. Lama hidup kutu dewasa dapat mencapai 2 bulan. Temperature lingkungan dapat mempengaruhi reproduksi dan lama hidup imago.=, dimana kisaran temperature 25-28,50 C mengurangi lama hidup imago dan jumlah keturunan, sedangkan temperature > 28,50 reproduksi terhenti.
v  Gejala Serangan
            Kutu ini berkelompok dipermukaan bawah daun. Nimfa dan imago menyerang pucuk dan daun-daun muda dengan cara menusuk dan menghisap cairan, sehingga menyebabkan bagian tanaman yang terserang menjadi melengkung/keriput, terpuntir, berwarna kekunigan (klorosis), pertumbuhan tanaman terhambat, sehingga tanaman kerdil dan layu, akhirnya tanaman mati. Serangan berat terjadi pada musim kering. Kutu M. Persicae  mengeluarkan cairan seperti madu yang disenangi oleh semut dan media tumbuh cendawan embun jelaga yang berwana hitam, sehingga dapat menghambat proses fotosintesa.
v  Tanaman Inang
Kutu persik bersifata folifag, mempunyai tanaman inang lebih dari 400 macam antara lain : cabai, kentang, tomat, tembakau, mentimun, semangka, dan lain-lain.
v  Pengendalian
1)      Kultur Teknis
-          Sanitasi, dengan memusnahkan gulma yang menjadi inang disekitar rumah kasa, agar tidak menjadi sumber infeksi.
2)      Mekanis
-          Mengumpulkan nimfa dan imago, kemudian dimusnahkan
-          Memasang perangkap air warna kuning sebanyak 2 buah per 500 m2 sejak berumur 2 minggu.
3)      Biologis
-          Pemanfaatan musuh alami seperti : larva Syrpidae, Menochilus, sexmaculatus, Aphidius sp, dan lain sebagainya.
4)      Kimia
-          Digunakan dalam jumlah dan dosis yang dianjurkan apabila cara diatas tidak dapt menghalau “hama”
-          Apabila hama lebih dari 7 ekor /10 daun atau kerusakan lebih dari 15 % pertanaman.
-          Menggunakan :Amsipilan 20 sp, Anwavin 500 sc, dan lain-lain.

4.      Tungau Teh Kuning
Ordo : Acarina ; family : Tarsonemidae
v  Morfologi/bioekologi
Imago tungau teh kuning Polyphagotarsonemus latus berbentuk segitiga dengan abdomen yang menonjol, ukuran tubuh ± 0,25 mm, lunak, agak transparan, berwarna hijau kekuningan, berkaki  8 pendek  dan bergerak dengan cepat. Sedangkan nimfa berwarna putih, transparan, dan berkaki 6. Hama ini berkembang biak dengan cara partegenesis dan berkopulasi. Imago meletakkan telur secara terpisahdi permukaan bawah daun, sebanyak 40  butir selama 15 hari. Sejak telur menetas sampai dewasa dan siap berkembangbiak selam a15 hari.
v  Gejala Serangan
            Tungau teh  kuning menyerang dengan menghisap cairan tanaman, sehingga menyebabkan tejadinya perubahan bentuk yang abnormal, seperti daun menebal, kaku dan melengkung ke bawah, tepi daun mengeriting, serta warna daun berubah menjadi tembaga,/kecoklatan, pada serangan berat tunas dan bunga gugur.
v  Tanaman Inang
Tungau bersifat folifag, selain paprika ada lebih dari 57  jenis tanaman inang, antara lain : tomat, cabai, kentang, kacang panjang, teh, karet, jeruk , dan tanaman hias.
v  Pengendalian
1)      Kultur teknis
-          Saniatasi, dengan memusnahkan tanaman terserang dan gulma yang menjadi inang sisekitar rumah kasa.
2)      Biologi
-          Pemanfaatan musuh alami, yaitu predator Amblyseius cucumeris.
3)      Kimia
-          Digunakan apabila cara lain sudah tidak dapat mengendalikan hama
-          Hasil pengamatan kerusakan lebih dari 15% pertanaman.
-          Applaud 10 wp, Apollo 500 sc, mesurol 50 wp.

5.      Lalat Penggorok Daun
Ordo : Diptera ; family : Agromyzidae
v  Morfologi / bioekologi
            Lalat penggorok daun L. huidobrensis berukuran panjang 1.7-2.3 mm, sebagian besar tubuhnya bewarna hitam mengkilap, kecuali skutelum dan bagian samping dada serta bagian tengah kepala bewarna kuning. Lama hidup imago jantan 3-9  hari, sedangkan imago betina 6-14 hari. Kopolasi terjadi sehari setelah keluar dari pupa. Pada hari berikutnya imago berina mulai meletakkan telur dengan ovivositor didalam jaringan daun. Imago betina sanggup meletakkan telur berkisar 50-300 butir.
v  Gejala Serangan
            Gejala serangan dewasa ditanadai dengan adanya bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor pada daun, kemudian larva yang baru keluar dari telur segera menggorok jaringan mesofil daun dan  membuat liang korokan yang berkelok-kelok atau alur berwarna putih pada permukan daun. Larva tinggal didalam korokan sepanjang hidupnya. Lubang korokan semakin lebar dengan membesarnya ukuran larva. Sehingga daun seperti terbakar.
v  Tanaman Inang
Lalat penggorok daun bersifat polifag, tanaman inangnya antara lain : kentang, cabai, gambas, selada, caisin dan lain sebagainya.
v  Pengendalian
1)      Kultur teknis
-          Saniatasi, dengan pembersihan areal tanam dari tanaman atau gulma yang menjadi inang.
-          Pemeliharaan optimal.
2)      Mekanis
-          Memasang mulsa plastic berwarna perak
-          Memasang perangkap lekat kuning dari kertas atau plastic
3)      Biologis
-          Pemanfaatan musuh alami, Hemiptarsenus variconnis, Opius sp, Ascecodes sp, dan Gronotoma sp.
4)      Kimia
-          Menggunakan pestisida  yang dianjurkan pemerintah apabila cara yang lain sudah tdak sanggup menekan populasi hama.

B.     PENYAKIT
1.      Penyakit Tepung (powdery mildew)
Penyebab : Cladosporium sp,. Oidium sp
v  Cirri-ciri umum
            Pada daun, terutama pada bagian bawah daun terdapat lapisan tepung bewarna putih, yang terdiri atas konidiofor dan konidium jamur. Daun yang terserang menjadi pucata dan cepat rontok. Penyakit ini berkembang biak pada suhu tinggi dan kelembapan tinggi.
v  Gejala Penyakit
Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak klorosis atau kekuningan diantara tulang daun, seperti kekurangn unsure hara. Kemudian bercak berubah putihseperti tepung diatas perukaan daun.
v  Tanaman Inang
Tanaman inang selain paprika adalah : tomat, cabai, kentang, apel, jeruk, melon, dan kacang-kacangan.
v  Pengendalian
1)      Kultur teknis
-          Sanitasi, dengan membersihkan tanaman atau gulma yang terkena atau menjadi inang.
-          Mengurangi kelembapan dengan mengatur jarak tanam
-          Memasang serbuk belerang dalam belahan bamboo, setiap 2 m2 di pasang 1 buah.
2)      Kimia
-          Apabila cara yang telah digunakan tidak dapat menekan perembangan endawan maka gunakan perstisida yang telah dianjurkan oleh pemerintah.





2.      Bercak daun Serkospora
Penyebab : Cercospora capsici heal et wolf
-          Cirri-ciri umum
            Cendawan Cercospora capsici membentuk konidium berbentuk gada panajng, bersekat 3-12, dengan ukuran 0-200x 3-5 µm. konidiofornya pendek dan bersekat 1-3.
            Cendawan ini terbawa oleh biji dan dapat bertahan pada sisa tanaman sakit selama satu musim. Penyakit ini banyak terdapat di dataran tinggi. Sedangkan pada musim kemarau dan lahan yang mempunyai drainase yang baik, penyakit ini tidak berkembang.
-          Gejala Serangan
            Cendawan C. capsici dapat menyerang semua bagian tanaman yaitu daun, tangkai daun, batang, tangkai bunga, dan bunga, namun jarang terjadi pada buah. Serangan pada daun dapat menimbulkan “defoliasi”. Serangan pada pedicel menyebabkan malformasi buah, dimana buah tidak dapat berkembang (kerdil). Serangan pada bunga menyebabkan bunga gugur.
-          Tanaman Inang
Tanaman inang selain paprika yaitu cabai
-          Pengendalian
1)      Kultur teknis
v  Perlakuan benih dengan merendam benih dalam larutan 0,5% Ca(CO)2 .
v  Sanitasi, dengan memusnahkan bagian tanaman yang terserang.
2)      Kimia
v  Pertisida digunakan apabila cara lain sudah tidak mampu menekan perkembangan cendawan.


3.      Layu  Fusarium 
Penyebab : Fusarium oxyporum Schlecht
-          Cirri umum
            Cendawan fusarium mempunyai konidium berbentuk sabit, umumnya bersekat tiga berukuran 30-40 x 4,5-5,5 µm, membentuk masa warna putih atau merah jambu.
            Cendawan fusarium merupakan cendawan tular tanah menginfeksi melalui akar, terutama akar luka dan berkembang didalam pembuluh kayu. Cendawan fusarium dapat bertahan pada sisa tanaman dan tanah selama bertahun-tahun. Media tanam yang sudah terjangkit sukar untuk dibebaskan kembali, arus dibiarkan dalam waktu yang lama. Penye=akit ini juga dapat menyebar melalui bibit, air, dan alat pertanian yang digunakan.
-          Gejala Penyakit
Cendawan fusarium menyerang pada akar tanaman, yaitu bagian pembuluh kayu, sehingga aliran unsure hara terhambat. Selain itu juga cendawan ini mengeluarkan racun didalam pembuh sehingga daun menguning, dimulai dari daun bawah, menguning dan mati.
-          Tanaman Inang
Selain paprika, tanaman inangnya adalah tomat, cabai, mentimun, semangka, melon, jahe, dan pisang.
-          Pengendalian
1)      Kultur teknis
v  Penggunaan bibit sehat dan tahan
v  Pemeliharaan secara optimal
v  Media tumbuh yang digunakan harus steril
v  Pemberian kaporit sebanyak 1 ppm pada air penyiraman
v  Sanitasi

2)      Biologi
v  Pemanfaatan agen hayati yang merupakan cendawan antagonis berupa  Trichoderma sp, Pseudomonas fluorescens dan Gliocladium sp.
3)      Kimia
v  Penggunaan pertisida apabila cara yang lain tidak dapa menekan perkembangan cendawan.

4.      Layu Bakteri 
Penyebab : Ralstonia (Psoudomonas) solanecearum
-          Cirri umum
            Bakteri R. solanacearum berbentuk batang, berukuran 0,5x1,5 µm, tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak dengan satu bulu cambuk , aerob, dan gram negative.
            Bakteri masuk dalam tanaman bersama unsure hara dan air secara difusi. Bakteri tinggal dalam pembuluh kayu didalam ruan gantar sel, kemudian berkembang biak dan meruska sel-sel yang ditempati, menyebabkan sel-sel tersebut hancur  terpisah satu dengan yag lainnya. Bakteri ini merupakan bakteri tular tanah yang dapat bertahan selama 3-5 tahun. Penyekit ini dapat menular melalui bibit, air dan alat pertanian.
-          Tanaman Inang
Selain paprika, tanaman inangnya antara lain tomat, kentang, cabai, mentimun, semangka, melon, jahe, dll.
-          Pengendalian
1)      Kultur teknis
v  Penggunaan bibit sehat dan tahan
v  Pemeliharaan optimal
v  Media tumbuh harus steril
v  Pemberian kaporita sebanyak 1 ppm  pada  air penyiraman
v  Saniatasi
2)      Biologi
v  Pemanfaatan agen hayati seperti Trichoderma sp, dll
3)      Kimia
v  Pertisida digunakan apabila cara lain sudah tidak mampu menekan perkembangan bakteri.

C.     .VIRUS
            Penyebab virus pada tanaman paprika dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan virus, yaitu virus mosaic tembakau (Tobacco mosaic virus) , mosaic ketimun (Cucumber mosaic virus), virus kentang Y (Potato virus Y) dan virus kentang X (Potato virus X).
v  Cirri umum
1)      Tobacco mosaic virus
            Tobacco mosaic virus mempunyai zarah-zarah virus yang berbentuk panjangnya 280 nm dan tebal 15 nm. Titik inaktivasi pemanasan 900 C dan titik pengenceran 1 : 1.000.000.
            Virus ini dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman yang sakit didalam tanah kurang lebih 4 bulan. Virus menular dari satu tanaman ke tanaman lain secara mekanis, melalui tangan pekerja (virus tidak dapat hilang walaupun dicuci dengan sabun), benih, dan alat-alat pertanian. Virus tidak menular melalui serangga.
2)      Cucumber mosaic virus
            Cucumber mosaic virus mempunyai zarah-zarah virus berbentuk bulat dengan diameter 28 nm. Titik inaktivasi pemanasan 65- 750 C dan titik pengenceran terakhir 1 : 1. 000 – 1:1.000.000.
            Virus ini terutama ditularkan melalui kutu daun, serta terbawa leh benih, penularan dapat juga secara mekanis.

3)      Potato virus Y
Potato virus Y mempunyai zarah-zarah seperti benang pendek, panjangnya berbeda 680-900 nm, tebal 11 nm. Titik pemanasan inaktivasi lebih kurang 580 C dan titik pengenceran 1: 1.000 – 1: 1000.000 pada tanaman sakit.
4)      Potato virus X
            Potato virus X mempunyai zarah-zarah berbentuk benang pendek, panjangnya tidak menentu 470-580 nm dan tebal 13 nm. Titik pemanasan inaktivasi 60-74 0 C dan titik pengenceran terakhir  yaitu 1 : 100.000, tergantung strainnya.
            Virus ini sangat mudah menular secara mekanis dan juga melalui alat-alat pertanian, tangan pekerja, binatang. Tanaman kembang gundul sring digunakan sebagai indicator.
v  Gejala penyakit
Umumnya tanaman yang terserang penyakit manunjukkan gejala yang sama, yakni pertumbuhan terhambat,  kerdil, biasanya daun menjadi salah bentuk,
v  Tanaman inang
Tanaman inang mozaik virus antara lain adalah tembakau, tomat, ketimun, cabai, terong, labu-labuan, dll.
v  Pengendalian
Pengendalian virus pada paprika ditutamakan pengendalian vector M. persicae. Selain itu adalah penggunaan varietas tahan, menggunakan bibibt sehat bersertifikat, dan sanitasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar